KLIKBISNIS – Rupiah kembali menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/12/2024).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,37% di angka Rp16.170 per dolar AS. Pergerakan ini menjadi kebalikan dari penutupan perdagangan sebelumnya, Jumat (27/12/2024), di mana rupiah melemah sebesar 0,28%.
Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, tercatat turun tipis 0,03% ke level 107,96 pada pukul 08:52 WIB.
Penurunan ini memberikan sedikit ruang bagi penguatan mata uang Garuda. Namun, angka tersebut hanya turun tipis dibandingkan posisi sebelumnya di level 107,99.
Penguatan rupiah kali ini terjadi di tengah minimnya sentimen signifikan dari dalam maupun luar negeri. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi mata uang emerging market, termasuk rupiah, lebih disebabkan oleh tekanan global.
“Saat ini, hampir semua mata uang di pasar negara berkembang menghadapi tantangan besar akibat ketidakpastian global. Ini disebabkan oleh divergensi ekonomi di AS, di mana ekonomi mereka menunjukkan penguatan yang signifikan,” ujar Edi dilansir CNBC Indonesia, Senin (30/12/2024).
Ekonomi AS yang solid ditunjukkan oleh data tenaga kerja dan inflasi yang terus meningkat. Kondisi ini mendorong Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan pernyataan hawkish cut, yang berarti pengurangan suku bunga dilakukan dengan pendekatan hati-hati.
Meski sebelumnya diperkirakan akan ada empat kali pemotongan suku bunga pada 2025, kini proyeksi tersebut direvisi menjadi hanya dua kali.
Faktor lain yang turut memberikan tekanan adalah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS. Meski belum resmi menjabat, Trump telah mengumumkan rencananya untuk menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara. Kebijakan ini diprediksi akan memengaruhi kondisi fiskal AS dan pasar keuangan global.
Selain itu, ketegangan geopolitik di berbagai wilayah, seperti Suriah, Prancis, dan Korea Selatan, juga menjadi perhatian pasar. “Perkembangan geopolitik ini menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi pergerakan mata uang dunia, termasuk rupiah,” tambah Edi.
Dari sisi domestik, keluarnya aliran modal asing dari pasar saham dan pasar surat utang juga memberikan tekanan tersendiri.
Data transaksi pada 23-24 Desember 2024 menunjukkan investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp4,31 triliun. Angka ini terdiri dari Rp0,63 triliun di pasar saham, Rp0,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp2,82 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia.
Meski demikian, penguatan rupiah hari ini memberikan sedikit optimisme di tengah tekanan global. Para analis menilai, kestabilan makroekonomi Indonesia dan langkah strategis Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas dapat membantu rupiah bertahan di level yang lebih stabil.
Ke depan, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap berbagai faktor global dan domestik yang dapat memengaruhi pergerakan mata uang.
Penguatan rupiah saat ini perlu didukung dengan kebijakan fiskal dan moneter yang solid untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.***